Pada tahun 1992, John Gray
menerbitkan buku dengan judul Men Are
from Mars, Women Are from Venus, yang menerangkan bagaimana pengaruh
perbedaan jenis kelamin terhadap psikologi laki-laki dan perempuan dalam
melakukan komunikasi dan kebutuhan emosi. Brizendine (2006) menjelaskan bahwa
sifat feminim dan maskulin antar gender sudah timbul dari kondratnya bukan oleh
pembentukan sosial. Ia memberi contoh dengan seorang anak perempuan yang diberi
mainan berupa truk bukan boneka sebagaimana umumnya mainan anak perempuan,
karena sifat pengasuhan yang melekat pada diri perempuan, anak tersebut
menggendong dan menimang truk tersebut dengan berkata “trucky jangan menangis”.
Perbedaan gender tersebut menjawab fakta-fakta mengapa laki-laki pada
umumnya memilih pekerjaan sebagai ahli hukum, pengacara atau pelaut sedangkan
profesi perawat pada umumnya didominasi oleh perempuan dan mengapa tidak
sebaliknya.
Identitas gender mempunyai berpengaruh terhadap perilaku laki-laki dan
perempuan secara ekonomi dan identitas tersebut mempengaruhi kesejahteraannya
dengan cara bagaimana mereka memilih pekerjaan. Kanazawa (2005) menunjukkan bahwa tingkat
kesejahteraan mereka pada tempat bekerja tidak dipengaruhi oleh faktor
diskriminasi, tetapi mereka mempunyai preferensi yang berbeda dalam memberi
makna bekerja. Laki-laki dalam pasar tenaga kerja pada umumnya mempunyai
preferensi untuk memperoleh penghasilan yang tinggi. Sedangkan perempuan pada
umumnya lebih memfokuskan dirinya pada preferensi fungsi reproduksi. Ini bisa
ditunjukkan bahwa pada situasi konflik pemilihan preferensi untuk memperoleh
penghasilan yang tinggi atau fungsi reproduksi, perempuan seringkali lebih
memilih berperanan sebagai ibu rumah tangga atau pengasuhan dari anak-anaknya
dan laki-laki sebagai pencari nafkah dalam keluarga.
Miller et al (2007) menemukan
fakta pengaruh siklus menstuasi penari perut perempuan terhadap tingkat
penghasilan yang diperoleh dari pemberian tip. Pada siklus estrus atau siklus berahi (ovulasi), mereka memperoleh penghasilan
sebesar 15 dollar Amerika perjam lebih tinggi dibanding dengan temannya yang
pada saat bekerja tidak berada dalam siklus mentruasi estrus. Pada siklus tersebut perempuan mempunyai daya tarik yang
lebih memikat laki-laki pelanggannya untuk memberikan tips. Mereka mengatakan
bahwa saat perempuan (penari perut) dan laki-laki (pelanggannya) melakukan
interaksi lewat percakapan atau kontak tubuh beberapa menit, perempuan dimata
laki-laki seakan-akan memberi sinyal tentang status masa suburnya. Hal tersebut
mendorong laki-laki memberikan tips lebih besar, karena dimata laki-laki penari
perut terlihat lebih memikat. Temuan ini menunjukkan bahwa kodrat yang melekat
pada diri perempuan mempunyai pengaruh bagaimana mereka mendapatkan tingkat
penghasilan.
Men Are from Mars, Women Are from Venus tidak hanya ditemukan dalam
dunia psikologi individu dan mempengaruhi bagaimana mereka memilih memperoleh
penghasilan. Perbedaan tersebut ditemukan juga dalam ilmu keuangan yaitu
bagaimana mereka berinvestasi. Psiklogi gender mempengaruhi mereka dalam
membuat keputusan investasi, seperti bagaimana mereka menyusun portofolio
kekayaannya, toleransi terhadap resiko, kepercayaan diri dalam berinvestasi,
bagaimana mereka memahami investasi. Dalam membuat keputusan investasi
perempuan seringkali mengkomunikasikan terlebih dahulu dengan pasangannya
sedangkan laki-laki lebih jarang. Ini karena kepercayaan diri laki-laki
terhadap investasi lebih tinggi dari perempuan. Bagi perempuan, pembuatan
keputusan investasi lebih mengkonsumsi waktu, pekerjaan yang melelahkan, dan
sulit. Tingkat kehati-hatian dan tingkat toleransi resiko yang rendah membuat
perempuan membuat keputusan investasi lebih mengkonsmsi waktu (Hira dan Loibl,
2007).
Beberapa studi tentang bagaimana
perempuan menginvestasikan uangnnya dalam dana pensiun atau menyusun protofolio
asetnya menunjukkan bahwa perempuan cenderung lebih berhati-hati (conservative) dan lebih menghindari
resiko dibandingkan dengan laki-laki (Batjtelsmit dan Bernasek, 1996).
Portofolio asset laki-laki lebih agresif dan mempunyai lebih banyak asset yang
berisiko dibanding perempuan. Toleransi resiko yang rendah dari perempuan,
membuatnya lebih banyak berinvestasi yang berpenghasilan tetap seperti tabungan
bank, deposito, asuransi jiwa dan obligasi pemerintah. Perbedaan penyusunan
portofolio mempengaruhi kesejahteraan mereka, karena imbal hasil mempunyai
hubungan positif dengan tingkat resiko. Sehingga saat perempuan mencapai masa
pensiun, ia memperoleh pendapatan dari pensiun lebih rendah dibanding
laki-laki. Ini terjadi dengan perempuan yang sampai pensiun masih bujangan,
kegagalan perempuan berinvestasi kurang memadai dalam saham memicu
kesejahteraan yang rendah dari uang pensiun (Sunden dan Surette, 1998) karena
strategi investasi yang konservatif akan menghasilkan imbal hasil yang lebih
rendah.
Jika umumnya perempuan mempunyai kecenderungan lebih berhati-hati,
laki-laki diasosiasikan dengan percaya diri yang lebih tinggi, lebih agresif,
dan secara umum mempunyai kemampuan kuantitatif lebih baik dibanding perempuan.
Odean dan Barber (2001) meneliti
35.000 investor rumah tangga dengan data dari Januari 1991 sampai dengan
Februari 1997. Mereka menemukan bahwa laki-laki lebih agresif dalam melakukan
transaksi saham yaitu 45 persen lebih tinggi dari perempuan, tetapi imbal hasilnya
rata-rata lebih rendah. Hal ini disebabkan laki-laki merasa bahwa dirinya mempunyai
kemampuan lebih tinggi dalam menilai saham, padahal berbeda dari kenyataannya.
Laki-laki cenderung terlalu tinggi memprediksi kondisi yang baik dimasa
mendatang dan kurang mampu memprediksi resiko yang menyertainya. Percaya diri
berlebihan membuat laki-laki melakukan transaksi lebih banyak, tetapi justru
agresifitas transaksi tersebut mengurangi imbal hasil yang diperoleh, karena
digerogoti biaya transaksi.
Green et al (2007) menemukan bahwa analis saham perempuan yang bekerja di
perusahaan sekuritas semakin hari terjadi penurunan jumlahnya. Perempuan dalam
melakukan analisis tentang prediksi laba perusahaan kurang akurat dibanding
laki-laki. Disisi lain perempuan mempunyai kelebihan dalam kemampuan
non-kuantitatif pada pekerjaan di broker sekuritas dan cocok sebagai pelayanan
pelanggan karena ia lebih baik dari laki-laki. Bukti tersebut menguatkan
pandangan ilmu psikologi bahwa laki-laki mempunyai kemampuan secara umum lebih
baik dalam hal kuantitatif dibanding perempuan dan perempuan mempunyai
kecenderungan mempunyai naluri pengasuhan dibanding dengan laki-laki. Bias
gender antara laki-laki dengan perempuan umumnya terjadi pada tingkat
kehati-hatian, tingkat kepercayaan diri, tingkat kemampuan analisis
kuantitatif. Perbedaan tersebut merupakan anomali terhadap ilmu ekonomi
neoklasik dan pasar efisien dan menjadi topik pembahasan dalam behavioral finance. Pengaruh gender
menimbulkan pertanyaan, apakah perempuan dan laki-laki dipengaruhi bias gender
saat mereka menjadi pemimpin perusahaan? Dan bagaimana perbedaan gaya
kepemimpinan yang terjadi di antara keduanya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar