Selasa, 01 November 2011

Keuangan Gender


Pada tahun 1992, John Gray menerbitkan buku dengan judul Men Are from Mars, Women Are from Venus, yang menerangkan bagaimana pengaruh perbedaan jenis kelamin terhadap psikologi laki-laki dan perempuan dalam melakukan komunikasi dan kebutuhan emosi. Brizendine (2006) menjelaskan bahwa sifat feminim dan maskulin antar gender sudah timbul dari kondratnya bukan oleh pembentukan sosial. Ia memberi contoh dengan seorang anak perempuan yang diberi mainan berupa truk bukan boneka sebagaimana umumnya mainan anak perempuan, karena sifat pengasuhan yang melekat pada diri perempuan, anak tersebut menggendong dan menimang truk tersebut dengan berkata “trucky jangan menangis”. Perbedaan gender tersebut menjawab fakta-fakta mengapa laki-laki pada umumnya memilih pekerjaan sebagai ahli hukum, pengacara atau pelaut sedangkan profesi perawat pada umumnya didominasi oleh perempuan dan mengapa tidak sebaliknya.
Identitas gender mempunyai berpengaruh terhadap perilaku laki-laki dan perempuan secara ekonomi dan identitas tersebut mempengaruhi kesejahteraannya dengan cara bagaimana mereka memilih pekerjaan. Kanazawa (2005) menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan mereka pada tempat bekerja tidak dipengaruhi oleh faktor diskriminasi, tetapi mereka mempunyai preferensi yang berbeda dalam memberi makna bekerja. Laki-laki dalam pasar tenaga kerja pada umumnya mempunyai preferensi untuk memperoleh penghasilan yang tinggi. Sedangkan perempuan pada umumnya lebih memfokuskan dirinya pada preferensi fungsi reproduksi. Ini bisa ditunjukkan bahwa pada situasi konflik pemilihan preferensi untuk memperoleh penghasilan yang tinggi atau fungsi reproduksi, perempuan seringkali lebih memilih berperanan sebagai ibu rumah tangga atau pengasuhan dari anak-anaknya dan laki-laki sebagai pencari nafkah dalam keluarga.
Miller et al (2007) menemukan fakta pengaruh siklus menstuasi penari perut perempuan terhadap tingkat penghasilan yang diperoleh dari pemberian tip. Pada siklus estrus atau siklus berahi (ovulasi), mereka memperoleh penghasilan sebesar 15 dollar Amerika perjam lebih tinggi dibanding dengan temannya yang pada saat bekerja tidak berada dalam siklus mentruasi estrus. Pada siklus tersebut perempuan mempunyai daya tarik yang lebih memikat laki-laki pelanggannya untuk memberikan tips. Mereka mengatakan bahwa saat perempuan (penari perut) dan laki-laki (pelanggannya) melakukan interaksi lewat percakapan atau kontak tubuh beberapa menit, perempuan dimata laki-laki seakan-akan memberi sinyal tentang status masa suburnya. Hal tersebut mendorong laki-laki memberikan tips lebih besar, karena dimata laki-laki penari perut terlihat lebih memikat. Temuan ini menunjukkan bahwa kodrat yang melekat pada diri perempuan mempunyai pengaruh bagaimana mereka mendapatkan tingkat penghasilan.
Men Are from Mars, Women Are from Venus tidak hanya ditemukan dalam dunia psikologi individu dan mempengaruhi bagaimana mereka memilih memperoleh penghasilan. Perbedaan tersebut ditemukan juga dalam ilmu keuangan yaitu bagaimana mereka berinvestasi. Psiklogi gender mempengaruhi mereka dalam membuat keputusan investasi, seperti bagaimana mereka menyusun portofolio kekayaannya, toleransi terhadap resiko, kepercayaan diri dalam berinvestasi, bagaimana mereka memahami investasi. Dalam membuat keputusan investasi perempuan seringkali mengkomunikasikan terlebih dahulu dengan pasangannya sedangkan laki-laki lebih jarang. Ini karena kepercayaan diri laki-laki terhadap investasi lebih tinggi dari perempuan. Bagi perempuan, pembuatan keputusan investasi lebih mengkonsumsi waktu, pekerjaan yang melelahkan, dan sulit. Tingkat kehati-hatian dan tingkat toleransi resiko yang rendah membuat perempuan membuat keputusan investasi lebih mengkonsmsi waktu (Hira dan Loibl, 2007).
 Beberapa studi tentang bagaimana perempuan menginvestasikan uangnnya dalam dana pensiun atau menyusun protofolio asetnya menunjukkan bahwa perempuan cenderung lebih berhati-hati (conservative) dan lebih menghindari resiko dibandingkan dengan laki-laki (Batjtelsmit dan Bernasek, 1996). Portofolio asset laki-laki lebih agresif dan mempunyai lebih banyak asset yang berisiko dibanding perempuan. Toleransi resiko yang rendah dari perempuan, membuatnya lebih banyak berinvestasi yang berpenghasilan tetap seperti tabungan bank, deposito, asuransi jiwa dan obligasi pemerintah. Perbedaan penyusunan portofolio mempengaruhi kesejahteraan mereka, karena imbal hasil mempunyai hubungan positif dengan tingkat resiko. Sehingga saat perempuan mencapai masa pensiun, ia memperoleh pendapatan dari pensiun lebih rendah dibanding laki-laki. Ini terjadi dengan perempuan yang sampai pensiun masih bujangan, kegagalan perempuan berinvestasi kurang memadai dalam saham memicu kesejahteraan yang rendah dari uang pensiun (Sunden dan Surette, 1998) karena strategi investasi yang konservatif akan menghasilkan imbal hasil yang lebih rendah.
Jika umumnya perempuan mempunyai kecenderungan lebih berhati-hati, laki-laki diasosiasikan dengan percaya diri yang lebih tinggi, lebih agresif, dan secara umum mempunyai kemampuan kuantitatif lebih baik dibanding perempuan. Odean dan Barber (2001) meneliti 35.000 investor rumah tangga dengan data dari Januari 1991 sampai dengan Februari 1997. Mereka menemukan bahwa laki-laki lebih agresif dalam melakukan transaksi saham yaitu 45 persen lebih tinggi dari perempuan, tetapi imbal hasilnya rata-rata lebih rendah. Hal ini disebabkan laki-laki merasa bahwa dirinya mempunyai kemampuan lebih tinggi dalam menilai saham, padahal berbeda dari kenyataannya. Laki-laki cenderung terlalu tinggi memprediksi kondisi yang baik dimasa mendatang dan kurang mampu memprediksi resiko yang menyertainya. Percaya diri berlebihan membuat laki-laki melakukan transaksi lebih banyak, tetapi justru agresifitas transaksi tersebut mengurangi imbal hasil yang diperoleh, karena digerogoti biaya transaksi.
Green et al (2007) menemukan bahwa analis saham perempuan yang bekerja di perusahaan sekuritas semakin hari terjadi penurunan jumlahnya. Perempuan dalam melakukan analisis tentang prediksi laba perusahaan kurang akurat dibanding laki-laki. Disisi lain perempuan mempunyai kelebihan dalam kemampuan non-kuantitatif pada pekerjaan di broker sekuritas dan cocok sebagai pelayanan pelanggan karena ia lebih baik dari laki-laki. Bukti tersebut menguatkan pandangan ilmu psikologi bahwa laki-laki mempunyai kemampuan secara umum lebih baik dalam hal kuantitatif dibanding perempuan dan perempuan mempunyai kecenderungan mempunyai naluri pengasuhan dibanding dengan laki-laki. Bias gender antara laki-laki dengan perempuan umumnya terjadi pada tingkat kehati-hatian, tingkat kepercayaan diri, tingkat kemampuan analisis kuantitatif. Perbedaan tersebut merupakan anomali terhadap ilmu ekonomi neoklasik dan pasar efisien dan menjadi topik pembahasan dalam behavioral finance. Pengaruh gender menimbulkan pertanyaan, apakah perempuan dan laki-laki dipengaruhi bias gender saat mereka menjadi pemimpin perusahaan? Dan bagaimana perbedaan gaya kepemimpinan yang terjadi di antara keduanya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar