Oleh : Budi Hartono
Pada Desember
1996, Shiller diundang pada acara pertemuan dengan Alan Greenspan. Dia
menunjukkan diagram hubungan harga pendapatan (P/E ratio) dalam durasi hampir
80 tahun, semakin tinggi tingkat harga pendapatan dimasa sebelumnya, maka
semakin rendah imbal hasil saham di masa mendatang. Apa yang disampaikan
Shiller tersebut menjadi salah satu bahan pidato gubernur FED pada tanggal 5
Desember 1996. Greenspan pada pidatonya mengatakan “Kita dapat melihat hubungan
terbalik yang ditunjukkan oleh rasio harga pendapatan dan tingkat inflasi
dimasa lalu. Tetapi bagaimana kita tahu saat kegairahan tidak rasional sudah
terlalu mendorong harga aset, yang kemudian menjadi sebab kontraksi tak terduga
dan berkepanjangan seperti yang sudah terjadi di Jepang pada dekade lalu“[1].
Pasar menanggapi sebentar kemudian berjalan meneruskan lonjakannya.
Metode yang
digunakan oleh Shiller untuk mendeteksi keberadaan kesalahan harga bahkan
keberadaan gelembung tidak berbeda juah dengan caranya mendeteksi gelembung
pada pasar modal. Dengan membandingkan harga rumah dengan fundamentalnya (biaya
kontruksi, biaya sewa, pendapatan dll), dalam jangka panjang harga rumah
cenderung meningkat mengikuti pertumbuhan pendapatan rumah tangga. Bila harga
rumah naik lebih lambat dibandingkan pendapatan rumah tangga untuk beberapa
tahun, maka harga akan menyusul. Sebaliknya, bila harga rumah lebih cepat melonjak
dari kenaikan pendapatan rumah tangga, maka harga akan merosot mengikuti.
Fenomena lonjakan harga rumah yang terlalu besar, sudah dirasakan sejak tahun
2003, dengan kertas kerjanya yang berjudul “Is
There a Bubble in Housing Market?“, ia sudah curiga bahwa pasar perumahan
terjadi gelembung. Pada akhirnya, ia merevisi bukunya “Irrational Exuberence“ dan memasukkan sektor peruma- han terjadi
gelembung, dan untuk yang kedua kalinya Bapak Kiamat meramalkan adanya bencana
ekonomi dimasa mendatang akibat meletusnya gelembung keuangan.
Tidak banyak ekonom yang percaya
bahwa ekonomi Amerika terjadi gelelembung dan berada pada pinggiran jurang
malapetaka ekonomi. Salah seorang yang percaya analisisnya tentang gelembung
pasar perumahan adalah Nouril Roubini. Meletusnya gelembung diginakan oleh Roubini untuk mempre diksi tahapan
terjadinya krisis ekonomi yang masih melanda dunia dewasa ini.
********
Bersamaan
dengan runtuhnya harga perumahan yang akhirnya menyeret ekonomi pada krisis
terbesar kedua sejak Great Depression,
bersamaan pula memudarnya popularitas hipotesa pasar efisien (EMH). Pasar
ternyata tidak memberikan informasi yang tepat tentang ekonomi yang mendasari.
Paradigma tersebut dianggap telah menyesatkan banyak pelaku pasar, seperti
investor, kreditor, lembaga pemeringkat obligasi dan bahkan pembuat kebijakan :
Bank Sentral dan Pemerintah. Banyak pihak yang menyesalkan mengapa Alan
Greenspan menampik keberadaan gelembung, dan penggantinya Ben Bernanke, justru
menganggap bahwa kenaikan harga sebagai bukti ekonomi meningkat. Kepercayaan
terhadap pasar yang efisien sesuai dengan ekonomi yang mendasarinya membuat
mereka tidak melakukan apa-apa untuk mengurangi kegelembung agak peledakannya
tidak merusak ekonomi secara keseluruhan. Pertemuan ekonom-ekonom Top di King’s
College Cambridge, Inggris pada konfrensi INET Inaugural, Seperti Brunnermier dan
Arkerlof menyatakan bahwa pemahaman pasar efisien menjadi sebab terjadinya krisis ekonomi[1].
Merosotnya
pamor hipotesa pasar efisien, dan keberhasilan Shiller sebagai salah satu
pendiri behavioral finance, yang
beberapa kali dapat meramal bencana keuangan dengan paradigm tersebut, menumbuhkan
harapan behavioral finance menjadi mainstream dalam ilmu keuangan. Paul
Krugman (pemenang hadiah nobel ekonomi 2008), pada artikelnya di New York Time
Magazine, bahwa ekonom arus utama dan pembuat kebijakan, gagal mengantisipasi
datangnya krisis. Bahkan mereka menganggap gelembung sebagai pertanda ekonomi
yang kuat. Kegagalan tersebut karena mereka menganggap bahwa pelaku pasar
adalah rasional dan pasar adalah efisien.
Terdapat contoh yang cukup baik yang telah dikembangkan dari jenis ekonomi yang ada di benak saya: sekolah pemikiran yang dikenal sebagai behavioral finance. Praktisi dari ancangan ini menekankan dua hal. Pertama, banyak investor dunia nyata mempunyai sedikit kemiripan dengan kalkulator dingin-teori pasar yang efisien: mereka terlalu tunduk pada perilaku kawanan, terhadap serangan kegembiraan irasional dan panik tidak beralasan. Kedua, bahkan mereka yang mencoba untuk mendasarkan keputusan mereka pada perhitungan keren sering menemukan bahwa mereka tidak dapat, bahwa masalah-masalah kepercayaan, kredibilitas dan jaminan terbatas memaksa mereka untuk menjalankan dengan kawanan…Sampai krisis, pendukung pasar efisien seperti Eugene Fama menolak bukti yang diproduksi atas nama behavioral finance sebagai koleksi "item keingintahuan" yang tidak penting. Itu posisi yang jauh lebih sulit untuk mempertahankan bahwa runtuhnya gelembung sekarang yang luas - gelembung benar didiagnosis oleh ekonom perilaku seperti Robert Shiller dari Yale, yang terkait untuk episode masa lalu "kegembiraan irasional" - telah membawa ekonomi dunia bertekuk lutut.[2]
[1] http://ineteconomics.org/initiatives/conferences/kings-college/proceedings
[2] http://www.nytimes.com/2009/09/06/magazine/06Economic-t.html?pagewanted=all
[1] http://www.minneapolisfed.org/publications_papers/pub_display.cfm?id=1134
[1] Dapat di
unduh di http://www.federalreserve.gov/boarddocs/speeches/1996/19961205.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar